Oleh : Muhammad Ryzki Wiryawan
Sejarawan Muda, Aktivis Barisan Putera Sunda-GEMA-JABAR (Klab Aleut Bandung)
Dalam posting sebelumnya telah dijelaskan mengenai “Hollands Fatsoen”, sisa peradaban Belanda yang masih membekas dalam kejiwaan bangsa ini. Fatsoen yang
bisa diartikan sebagai etika formalitas ternyata selain memiliki sisi
positif juga memiliki sisi negatif yaitu resistensi terhadap segala
sesuatu yang bersifat “tidak normal” atau perubahan radikal. Selain itu
menurut Subagio Sastrowardoyo, masih ada dua sifat lagi yang menjadi
warisan Belanda, yakni Hollands Denken dan Kankergeest.
REPUBLIK BADJINGAN
TUNDUK TERTINDAS ATAU BANGKIT MELAWAN KARENA DIAM ADALAH PENGKHIANATAN
Rabu, 07 November 2012
Sabtu, 03 November 2012
HOLLANDS FATSOEN
Oleh : Muhammad Ryzki Wiryawan
Sejarawan muda (klab Aleut)
Murid-murid itu berbaris di depan gurunya. Satu persatu bergiliran menyodorkan punggung tangannya, memperlihatkan kuku jarinya kepada sang guru. Barang siapa yang kukunya terlalu panjang dan kotor siap-siap saja tangannya terkena pukulan penggaris sang guru. Apabila anda pernah mengalami situasi ini di masa kecil, anda telah mengalami jejak peninggalan kolonial yang dikenal sebagai Hollands Fatsoen.
Sejarawan muda (klab Aleut)
Murid-murid itu berbaris di depan gurunya. Satu persatu bergiliran menyodorkan punggung tangannya, memperlihatkan kuku jarinya kepada sang guru. Barang siapa yang kukunya terlalu panjang dan kotor siap-siap saja tangannya terkena pukulan penggaris sang guru. Apabila anda pernah mengalami situasi ini di masa kecil, anda telah mengalami jejak peninggalan kolonial yang dikenal sebagai Hollands Fatsoen.
Label:
belanda,
budi utomo,
Holland Fatsoen,
Hollands denken,
kankergeest,
klab Aleut Bandung,
kolonial,
Muhammad Ryzki Wiryawan,
sejarah,
Soekarno,
subagio sastrowardoyo,
Tjipto
Rabu, 31 Oktober 2012
SEJARAH ATHEISME DAN PEMIKIR BEBAS ISLAM
Tulisan Asli : Kupret El-Kazhiem
Media kompasiana.com
Istilah mulhid sebenarnya tidak
cocok untuk diartikan sebagai ateis, tetapi mungkin bisa dibilang
sebagai “Penyimpang” yang beda-beda tipis artiannya dengan istilah bid’ah atau heretic. Dalam sejarah Islam, terdapat sejumlah orang dan kelompok yang digolongkan sebagai para penyimpang. Katalog mulhid ini
terus dipelajari dan ditransmisikan dari generasi ke generasi agar umat
Islam selalu mengingat bahwa mereka-mereka yang disebut dalam katalog
heresiografi itu adalah sebagai penyimpang agama. Akan tetapi, ada
sejumlah orang yang mau mengkaji tentang mereka dan mengangkat pemikiran
mereka, di antaranya dua penulis yang satunya berasal dari Timur Tengah
dan satunya dari Barat.
Buku pertama ditulis oleh Abdurrahman Badawi.
Label:
Abdurrahman Badawi,
Abu Nawas,
Atheisme Yunani,
Baysyar bin Burd,
bid'ah,
heretic,
Ibn al-Muqaffa,
mulhid,
Nietzsche,
pemikir bebas islam,
Salih bin Abd al-Quddus,
sejarah atheisme,
Yahudi,
Zoroaster
Langganan:
Postingan (Atom)