Oleh : Muhammad Ryzki Wiryawan
Sejarawan Muda, Aktivis Barisan Putera Sunda-GEMA-JABAR (Klab Aleut Bandung)
Dalam posting sebelumnya telah dijelaskan mengenai “Hollands Fatsoen”, sisa peradaban Belanda yang masih membekas dalam kejiwaan bangsa ini. Fatsoen yang
bisa diartikan sebagai etika formalitas ternyata selain memiliki sisi
positif juga memiliki sisi negatif yaitu resistensi terhadap segala
sesuatu yang bersifat “tidak normal” atau perubahan radikal. Selain itu
menurut Subagio Sastrowardoyo, masih ada dua sifat lagi yang menjadi
warisan Belanda, yakni Hollands Denken dan Kankergeest.
Rabu, 07 November 2012
Sabtu, 03 November 2012
HOLLANDS FATSOEN
Oleh : Muhammad Ryzki Wiryawan
Sejarawan muda (klab Aleut)
Murid-murid itu berbaris di depan gurunya. Satu persatu bergiliran menyodorkan punggung tangannya, memperlihatkan kuku jarinya kepada sang guru. Barang siapa yang kukunya terlalu panjang dan kotor siap-siap saja tangannya terkena pukulan penggaris sang guru. Apabila anda pernah mengalami situasi ini di masa kecil, anda telah mengalami jejak peninggalan kolonial yang dikenal sebagai Hollands Fatsoen.
Sejarawan muda (klab Aleut)
Murid-murid itu berbaris di depan gurunya. Satu persatu bergiliran menyodorkan punggung tangannya, memperlihatkan kuku jarinya kepada sang guru. Barang siapa yang kukunya terlalu panjang dan kotor siap-siap saja tangannya terkena pukulan penggaris sang guru. Apabila anda pernah mengalami situasi ini di masa kecil, anda telah mengalami jejak peninggalan kolonial yang dikenal sebagai Hollands Fatsoen.
Label:
belanda,
budi utomo,
Holland Fatsoen,
Hollands denken,
kankergeest,
klab Aleut Bandung,
kolonial,
Muhammad Ryzki Wiryawan,
sejarah,
Soekarno,
subagio sastrowardoyo,
Tjipto
Langganan:
Postingan (Atom)